Wednesday, May 25, 2005

poppyberry Posted by Hello

Bisikan Malam

Bicara pada malam
Sepi mengundang rindu
Dalam mencari jawapan aku keliru
Sedang hanyut di lautan waspada


Bicara pada rintik hujan
Belailah rasa sendu dengan selimut bintang
Yang aku inginkan hanya tulus hatimu
Jujur pada bibir jua pada nuranimu

Bicara pada kegelapan
Biar ada sejalur cahaya
Moga biasnya terangi kamar sepi ini
Daripada terusan gelita sengsara

Bicara pada sang rembulan
Lekaslah beradu di suratan
Agar aku bisa menunggu datang sang suria
Yang terasa beringsut-ingsut amat perlahan

Walau tiada yang pasti
Esok kunanti mengharap sebutir jawapan
Biar sekelumit pun mahulah jujur
Walau pedih sekalipun
Bicaralah padaku
Siapa aku dalam hatimu. . .

Monday, May 23, 2005

Biar Masa Berganti Masa...

Sudah takdir Ilahi..
Hadir nya kita disini adalah dengan izinNya, dan perginya kita kembali kepangkuannya adalah dengan kehendakNya jua. Tidak dapat ku nafikan hakikat itu. Namun kerinduanku pada 2 orang temanku amat dalam. Seorang bernama Ahmad Salleh (sudah 15 tahun tidak kutemui) dan Mohd Suhaimi Mohd ( sudah 8 tahun tidak bersua). Rindu yang amat sangat. Tidak dapat ku nafikan perasaan yang amat pilu saat berita sampai ke telingaku bahawa kedua-duanya sudah tiada lagi di bumi Ilahi ini. Apalah yang mampu ku lakukan selain ucapan Al-Fatihah buat kedua-dua nya.
Berteleku menongkat dagu merenung jauh-jauh keluar jendela petang itu. Ada angin senja memanggil rindu pergi dariku. Tanpa kusedari ada titisan air mata mengalir dipipiku. Sejauh ini egoku untuk tidak memaafkan kedua-duanya kerana perkara kecil akhirnya meninggalkan keinsafan buatku. Begitu kerdilnya aku dimataku sendiri. Begitu hinanya aku dimataku sendiri. Kesilapan yang seharusnya aku hapuskan dari mindaku sejak dulu lagi akhirnya luput berderai bersama air mata rinduku buat kedua-duanya.
Moga kedua-duanya dicucuri Rahmat Ilahi. Kuseka air mata bak menyeka, menahan rinduku dari pergi buat mereka....
Al-Fatihah.
smile... Posted by Hello

Swept Away

I.K.O,
Standing on a ledge
high upon a mountain
I look down onto the river below
and see you staring back at me.
Captivated by your stare
I close my eyes and dive into
your waters
where my heart is swept away
by your currents.
And I am swept away by your love.
And as I journey down your waters
you keep me
away from the rocks that line
the shore and you send me
down to where the river meets the ocean
and where the sun glistens off the waters
like a mirror reflecting the beauty
that you hold deep inside of you.
For it is a beauty that has set
the fires blazing in my heart.
Raging out of control only to be quenched
by the tender kiss
from your lips and the hold of your sweet embrace.
Sometimes when I sleep-covered by your thoughts
those fires rage inside of me.
Keeping me warm on a cold winter's night,
they engulf my dreams
and send me reeling
to a place wherewe can be alone,
a place where we can delve into each other,
where our dreams will become one
with the fire sand the lava that pours
from the mountains will scorch the earth
and send us looking for water to cover our lands.
And this water
when it meets our fires,
will send a thick blanket of mist into the air,
so no one will be able to see our shadows
that hide within
or the things that we have done.
No one will be able to see through the curtains,
through the mist and the fog,
or through the dreams
that cover my thoughts
every time the sun goes down
and the moon rises in the night sky.
And every time I see you,
every time I hold you,
every time I kiss you
my heart races through the fields
like a wild stallion set free
for the first time waiting for someone
to tame it,
waiting for someone to control the wild desires
that I have when I stand there
staring into your eyes
and watching your perfect beauty
dance in the darkness.
Wanting more and waiting for what seems like
an eternity
these wild horses that rage within me
grow stronger with each passing day.
Until the time comes
for us to ride with those horses
and set them free onto the land
where they will watch the sun set
and see a new day begin together
for the first time,
under the glass sky.
And when I see you dancing for me in all of your beauty,
when I dream of you
revealing to me all of your beauty,
and when I think of you sharing with me
all of your beauty,
my body tenses,
becoming sensitive to the touch,
I reach out to you
holding you in my arms
I kiss your lips
and gently caress every inch of you.
For you are a work of art
and I am your artist-sculpting
you like clay,
I start from your long hair
as it dances over me
I peer into your eyes
and see the beauty and love within your soul.
So I reach out to your lips
and kiss the ocean as I lie
on your beach.
So soft and delicate
like an angel come down
from the heavens
to bring me to paradise.
For I have found heaven in your touch
and paradise in your love.
I then make my way to
your mountains and stop for a day
before going down to your beach
where I lie in your sands and play on your shore.
Stopping again from the heat of your sun
I then venture down as far as I can
go between the water and the shore
the sun and the moon -
I sculpta place where I have never gone before.
For it needs the most attention.
Then I go even further down until
the sculpture is finished
and the work of art that stands before
me is an angel and that angelis you.
So here I stand high upon a mountains ledge
with the sky above me
and the river below.
So I close my eyes and fall in love
with you.
Hanz

Mencalit wajah disenja itu

Mencalit wajah di senja itu

Jenuh menghitung malam jengah ke pagi
kala ombak menghempas pantai senja
biar pagi pun masih ada lambaian sang bayu
hingga aku lena dalam dakapan camar

Beringsut-ingsut langsung aku leka pada waktu
sehabisnya butiran pasir tidak ku terkira
usahkan hadir sedikitpun memori yang tinggal
hanya raut wajah lesi saja

sekonyong-konyong aku sangkakan ada bayangmu
cumalah hanya deruan ombak untukku
kupeluk kakiku kusangka kasihmu
jauhnya pandanganku melihat dirimu

lenguh berteleku menongkat hati ini
ku tongkatkan dengan kenangan lalu
saat aku leka menongkah sepi padamu
janjiku yang tak pernah padam lagi

pada tabir dinihari ku simbah kenangan
sampai kejang jemariku mencalit wajahmu
hinggalah tabir senja menjengah sunyi
tiada sudahnya bila ia kabur

Sunday, May 22, 2005

Kubilas kesabaranku walau Sukar.


Mulanya sukar untuk ku tempuh. Namun kesabaran menyakinkan ku akan balasan untukku nanti. Kusangka ku kan bahagia bersamamu. Sehabis kudratku, pasrah kuterima ku hanya bermimpikanmu semata. Semuanya telahku harungi. Kuanggap kepahitan bukan untuk selamanya bila bersamamu. Mengharapkan dapat kusambung kebahagian ke akhir waktu, tapi hampa.

Sepintas dikamarku, terkenangkan manja mu dan senyuman manjamu sayang. Teramat ku bagai bara agar dirimu kan jadi milikku abadi. Kucuma dapat bermimpikanmu. Namun telah dapat kuterima ku dipinggirkan. Semoga berjaya temui apa yang kau cari. Ku mengerti kini siapalah diriku. Kau ibarat gunung, ku seolah lautan, tak kesampaian biar buat seribu tahun kunanti. Cinta kita takan tergapai.

Doaku kini terimalah segala bintang diangkasa. Bila kau gembira sekali-kali kenangkan lah daku di sini.

Sekali-kali tidakku menyesal pernah bersama mu. Apakan daya kita tak mampu untuk menongkat arus deras di antara kita untuk membina ikatan yang lebih kukuh. Aku terima segalanya sebagai suratan takdir. Walau jauh disudut hatiku amat sukar menerimanya.

Saatku merindukan dirimu jiwa meronta kau ku damba . Gerhanalah seluruh pancaindera. Ku hilang dalam memori cinta, membakar seluruh jiwa raga. Hanya kau untukku kau tiada dua. Bagaikan siang tiada mentari. Bagai malam tiada cahaya purnama. Tanpa mu tiada erti hidup berdua ke akhir masa kau kucinta…. Terngiang-ngiang dikotak mindaku. Begitulah jua luahan hatiku betapa ikhlasnya cintaku buat mu. Yang akhirnya ku pendamkan sahaja jauh jauh kelubuk dasar hatiku. Memendam rasa walau pedih tapi apakan daya. Mengharapkan kau mengerti betapa apa yang ku rasa namun dari hari ke hari segalanya seakan mendung namun hujan tidak, panas pun tidak. Mengharapkan agar ku mengerti betapa sukarnya dugaan harus kutempuhi dengan sabar dan tekad tetapi sejauh manakah insan kerdil ini mampu menghadapinya. Sukarnya perjalanan ini mengharungi lautan perasaan yang senantiasa bergelora.

Samada yakin atau tidak, setiap insan perlu sedar bahawa apa yang terjadi pada diri kita setiap hari baik atau buruk adalah kehendak Allah SWT, qada’ dan qadar. Sejauh pandangan ini masih ku ingat bisikan ditelinga sabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya tidak akan ditimpa kesakitan pada seseorang itu sekalipun terpijak duri melainkan ia adalah penghapusan dosa-dosa kecil yang pernah dilakukan olehnya”.

Sebenarnya orang yang banyak ditimpa ujian itu tanda mendapat perhatian daripada Allah SWT. Semakin kita redha dengan pemberian dan ujian Nya, semakin banyaklah pelaburan kita.

Makin panjang renunganku mengimbau kenangan bersamamu, makin kaget aku memikirkan bagaimana harusku tempuhi hari hari yang bakal mendatang. Aku tahu harapan ku terlalu tinggi namun harapan itulah yang kau tanamkan di sanubariku menghitung hari. Andai tiada penghujungnya seperti yang kau bisikan padaku dahulu, maka tiadalah jawapan tepat dalam hatimu. Walau aku berlari selaju manapun mengejar bayangmu menuntut jawapan, akan tiada yang pasti. Seumpama aku mengejar bayangku sendiri. Takan tercapai olehku.

Maafkanku andai aku tidak seperti yang kau harap-harapkan.

Begitulah berakhirnya episod cintaku. Terus terang amat pedih kurasakan namun untuk mengenang detik 13 august 2004 itu amat pilu. Mengalir air mata darah sekalipun segalanya takan pulang seperti sediakala. Apakan daya takdir mengatasi segala-galanya. Setiap hari semenjak hari itu seakan racun buatku. Hidup tidak seperti indahnya hari-hari lalu. Entah kenapa kesedihanku kian berpanjangan. Setiap hari mengenangkanmu. Setiap malam bermimpikanmu. Sukarnya hidupku ini sekarang. Semakin cuba kulupakan semakin dekat ingatan terhadapmu melekat di fikiran ku. Sukarnya untuk ku bernafas. Rindu usah diucap, amat sekali. Walau aku sedar takdir tidak ditanganku. Sukarnya kulalui semua itu, tabahnya hati ini mengharunginya. Jiwa ini tidak lagi seperti dulu. Bagaimana harusku lafazkan betapa SUKAR nya aku sekarang mengenangkan segalanya. Bukan sukar untuk menerima kenyataan tetapi sukar untuk melupakan segalanya dari mindaku. Sayang seribu kali sayang, tiada sedikitpun ruang untuk ku dihatimu….

Dan seperti yang ku janjikan pada diriku, maka tiada lagi cinta yang akan lahir dari hati ini. Takan ku menyintai sesiapun lagi. Itu janjiku dan itulah apa yang ku rasa sekarang. Redhaku sendirian menanggung segala kepayahan dan kesengsaraan rindu ini. Kuterima segala-galanya seadanya. Cukuplah apa yang kurasa selama ini. Kata teman teman dua minggu pasti ku melupakan segalanya. Pasti. Namun tidak seperti yang dijangkakan. Sudah melangkaui 5 bulan lebih dan aku masih seperti hari pertama kau mengucapkan selamat tinggal. Parah!!

Hati pedih hati sedih…..

Rinduku pada segala-galanya yang ada pada mu. Rinduku segalanya semasa bersamamu. Tapi aku benci segalanya berlalu terlalu cepat dan aku termanggu disini menanggung resah sendiri. Dan aku benci pada keputusan yang engkau lafazkan.

Aku sedar tika dan saat ini entahkan kau enak dibuai keseronokan bersama teman-teman atau teman barumu. Dan aku bagai orang bodoh merinduimu sendirian. Bodohnya aku sebenarnya…….

Bodohkah aku?

Tak mahu aku berpaling lagi. Pedihnya kenangan itu. Tiada bertemu jawapannya. Adakah ianya suatu kebetulan atau suratan aku sendiri pun tidak dapat menjawabnya. Adakah ianya kesilapan ataupun ketentuan aku sendiripun gagal mencari hujung pangkalnya. Biarlah ianya menjadi titik noktah baru dalam hidupku. Akan ku anggap ianya suatu pengalaman yang paling berharga dalam hidupku. Tak ingin aku memikirkan lagi apa yang kau rasa dan apa yang akan kau lalui kerana segalanya sudah berubah. Jauh berubah semenjak 21 oktober 2003 pertemuan itu. Malang sungguh tetapi apakan daya setiap kejadian itu ada maksud yang tersirat disebaliknya. Ku yakin itu, walau sukar menerima kepahitan kenyataan itu.

Segalanya padam tiba-tiba…..
Dan aku dalam kegelapan tanpa mu disisi…
Teraba aku mencari pintu cintamu
Untuk merungkaikan ikatan rinduku..
Tapi yang ku temui hanyalah kekecewaan semata
Sepinya cinta itu…
Sesejuk malam itu..
Tanpa cinta mu menghangatkan sepiku
Padamu…
Tiada indah lagi..
Tiada puisi indah lagi..
Tiada lagu cinta lagi buatku..
Tiada lagi tawa manja mu..
Tiada lagi jelingan matamu…
Senyum leret mu hilang..
Hilang segala sentuhan mesramu…
Hilang entah kemana..
Tiada lagi untukku…
Rindu yang kau janjikan…
Padam dan terus padam….
Tinggal aku sorang…
Sendirian….

Merindui mu….

Tangisku tiada penghujungnya. Rinduku tiada batasnya. Tapi takdir mengatasi segala nya. Ku redha jua….. Ku akur bahawa aku terpaksa pinggirkan kasih dan rinduku ke penghujung muara sepi. Terpaksa lewati semua halangan cinta yang paling perit ini semata-mata untuk merinduimu.

Perjalanan masih diteruskan. Tapi apakah aku yang keliru atau sememangnya sudah takdir penentu kehendakNya jalan ini sudah ada penghujungnya. Keliru? Atau aku degil menerima kenyataan itu? Cuba aku pertahankan kemahuan yang bukan milikku. Sudah ku tempuhi kesukaran merinduimu dan sekarang terpaksa kutempuhi pula kesukaran menerima kenyataan bahawa tangisan dalam kerinduan ini masih berterusan. Amat sukar tetapi itulah kenyataanku. Bukannya tidak mau aku buang jauh-jauh namun makin ku hindari makin dekat hadir dalam hatiku.

Cuba bayangkan keburukkanmu namun yang hadir keindahan bersamamu menghantui ku. Nampaknya hembusan asmara makin menjadi-jadi walau cuba ku tempis tempiasnya. Hanya mampu ku bertahan dan sabar. Cuba kubilas kesabaranku dengan ketenangan dan kenyataan hakikat ini walau sukar sekalipun…. Akan aku walau perit sekalipun.